Ribuan warga Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, mengikuti upacara sakral Aci Tabuh Rah Pangangon atau yang lebih dikenal sebagai Siat Tipat Bantal di Pura Desa lan Puseh, Senin (6/10). Tradisi unik yang digelar setiap tahun ini berlangsung bertepatan dengan Purnama Kapat dalam kalender Bali, dan telah menjadi simbol rasa syukur masyarakat Kapal kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah kesejahteraan, hasil panen yang melimpah, serta perlindungan dari berbagai bencana. Dalam prosesi yang berlangsung khidmat sekaligus meriah itu, warga saling melempar tipat (ketupat) dan bantal (lontong) sebagai wujud simbolis keseimbangan hidup antara manusia, alam, dan Tuhan. Ritual ini bukan sekadar permainan tradisional, melainkan bentuk yadnya yang sarat makna spiritual, menegaskan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dalam bingkai kearifan lokal Bali.
Upacara Siat Tipat Bantal juga mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, yaitu tiga sumber kebahagiaan hidup melalui harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Sebelum ritual dimulai, umat melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Desa lan Puseh untuk memohon keselamatan dan keberkahan. Tradisi ini telah menjadi warisan budaya yang dijaga turun-temurun, bahkan menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara karena nilai filosofis serta atraksi budayanya yang unik. Pemerintah daerah bersama desa adat terus berupaya melestarikan tradisi ini agar tetap lestari di tengah arus modernisasi, dengan menjaga tata cara pelaksanaan dan makna religius yang terkandung di dalamnya. Melalui Siat Tipat Bantal, masyarakat Desa Kapal tidak hanya mengekspresikan rasa syukur, tetapi juga menegaskan bahwa tradisi spiritual dan kebersamaan sosial adalah fondasi utama keharmonisan hidup masyarakat Bali.


















