Upaya pelestarian lingkungan di kawasan Danau Tamblingan, Buleleng, kembali diperkuat melalui gerakan konservasi yang melibatkan Kebun Raya Bali bersama komunitas BRASTI. Kegiatan yang dilaksanakan belum lama ini mencakup penanaman 130 bibit cemara di area strategis sekitar danau serta pelepasan bibit ikan untuk memulihkan keseimbangan ekosistem perairan. Danau Tamblingan, sebagai salah satu danau kembar yang terletak di dataran tinggi Bali Utara, memiliki fungsi ekologis penting sebagai penyangga hidrologi, kawasan resapan air, serta habitat beragam flora dan fauna endemik. Namun, tekanan lingkungan akibat aktivitas manusia, perubahan iklim, dan potensi erosi kawasan tangkapan air terus menjadi tantangan yang harus dihadapi. Penanaman pohon cemara dinilai sebagai langkah strategis untuk menjaga vegetasi hutan pegunungan sekaligus memperkuat struktur tanah agar tidak mengalami longsor ataupun sedimentasi berlebih yang bisa mengancam kualitas air danau. Cemara dipilih karena memiliki karakter adaptif terhadap iklim sejuk, kemampuan akar yang kuat untuk mengikat tanah, serta kontribusi terhadap perbaikan kualitas udara. Selain itu, keterlibatan komunitas BRASTI dalam kegiatan konservasi ini memperkuat nilai sosial budaya kawasan Tamblingan, mengingat wilayah ini sejak lama dijaga oleh masyarakat adat yang memadukan tradisi spiritual dengan pelestarian alam. Melalui kegiatan seremonial sederhana, para peserta menegaskan kembali komitmen bahwa konservasi Danau Tamblingan bukan sekadar penanaman tanaman baru, tetapi juga bagian dari upaya merawat nilai-nilai adat, menjaga lanskap budaya, serta melestarikan kearifan lokal yang menjadikan kawasan ini tetap lestari selama ratusan tahun. Kebun Raya Bali menyampaikan bahwa program penanaman cemara ini masih akan berlanjut, termasuk pemantauan pertumbuhan bibit serta evaluasi kondisi vegetasi untuk memastikan keberhasilan rehabilitasi lingkungan secara komprehensif.
Selain penanaman pohon, pelepasan bibit ikan di Danau Tamblingan juga menjadi langkah penting dalam menjaga stabilitas ekosistem perairan. Kegiatan ini diarahkan untuk mendukung keberlanjutan keanekaragaman hayati ikan air tawar, sekaligus membantu pemulihan populasi ikan yang berpotensi menurun akibat perubahan kualitas air dan berkurangnya vegetasi pelindung di bantaran danau. Dengan adanya pelepasan bibit ikan, keseimbangan rantai makanan di perairan diharapkan tetap terjaga, sehingga danau dapat mempertahankan fungsi ekologisnya sebagai ekosistem air tawar yang sehat. Kebun Raya Bali menilai bahwa pemulihan kawasan Tamblingan harus dilakukan secara menyeluruh—tidak hanya melalui reboisasi, tetapi juga melalui pendekatan ekologis terpadu yang mencakup perlindungan fauna, peningkatan kualitas air, pengendalian aktivitas wisata, serta penguatan peran masyarakat adat dalam pengawasan lingkungan. Penegasan komitmen konservasi ini juga menyentuh aspek pencegahan erosi dan longsor yang sering terjadi di kawasan dataran tinggi terutama saat musim hujan. Dengan semakin kuatnya sabuk hijau di sekitar danau, risiko sedimentasi yang dapat menurunkan kualitas air dapat diminimalisasi. Pemerintah dan lembaga konservasi berharap bahwa kolaborasi antara ilmuwan, komunitas lokal, dan pemangku adat dapat melahirkan model pengelolaan danau yang berkelanjutan dan dapat direplikasi di kawasan danau lain di Bali. Danau Tamblingan sendiri bukan hanya aset ekologis, tetapi juga destinasi wisata spiritual dan budaya yang dipandang sakral oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, setiap kegiatan konservasi tidak hanya diarahkan pada aspek teknis lingkungan, tetapi juga mempertahankan harmoni antara manusia dan alam sebagaimana yang telah dijaga oleh desa adat Tamblingan selama berabad-abad. Dengan penanaman 130 cemara dan upaya restorasi perairan melalui pelepasan bibit ikan, diharapkan Danau Tamblingan dapat terus menjadi kawasan konservasi yang sehat, indah, dan lestari bagi generasi mendatang.


















