Gubernur Bali, Wayan Koster, menyampaikan perkembangan terkini terkait bencana banjir besar yang melanda sejumlah wilayah, khususnya Denpasar, Badung, Gianyar, dan Jembrana. Hingga hari keempat pasca-banjir, tercatat sebanyak 17 orang meninggal dunia, dengan rincian 11 korban di Denpasar, satu di Badung, dua di Jembrana, dan tiga di Gianyar. Selain itu, masih terdapat lima orang yang belum ditemukan, terdiri dari dua di Denpasar dan tiga di Badung, yang saat ini terus dalam pencarian tim SAR gabungan bersama relawan. Dalam rapat koordinasi bersama Menteri Lingkungan Hidup di Denpasar, Sabtu (13/9), Koster menegaskan bahwa pemerintah daerah bersama aparat pusat fokus melakukan evakuasi korban, penyaluran logistik, serta pemulihan infrastruktur dasar. Menurutnya, operasi pencarian tidak akan dihentikan sampai seluruh korban ditemukan, sembari memastikan kebutuhan mendesak warga terdampak tetap terlayani. Ia menambahkan, situasi di lapangan kini berangsur membaik, meski masih meninggalkan pekerjaan besar dalam membersihkan material banjir seperti lumpur, sampah, dan reruntuhan di sejumlah titik.
Koster juga menyoroti kondisi Pasar Badung dan Pasar Kumbasari, dua pusat perdagangan terbesar di Denpasar yang sebelumnya terendam banjir di lantai bawah. Ia memastikan bahwa hingga hari keempat, genangan sudah surut sepenuhnya dan aktivitas beralih pada pembersihan sisa-sisa sampah yang terbawa air sungai. Pemerintah menargetkan dalam waktu dekat lebih dari 400 pedagang yang beraktivitas di kedua pasar itu bisa kembali berjualan dengan normal. Pemulihan kawasan pasar dianggap penting karena menjadi nadi perekonomian lokal, sehingga seluruh pihak diminta bahu-membahu mempercepat proses pembersihan. Di sisi lain, koordinasi lintas instansi juga terus diperkuat, mulai dari penataan drainase darurat, perbaikan akses jalan yang rusak, hingga distribusi bantuan bagi warga yang kehilangan tempat tinggal maupun mata pencaharian. Gubernur berharap dengan penanganan cepat, kehidupan sosial-ekonomi masyarakat bisa segera pulih, sekaligus menjadi momentum memperkuat sistem mitigasi banjir ke depan. Ia menekankan bahwa bencana ini harus menjadi pelajaran bersama untuk lebih disiplin menjaga lingkungan, mengelola aliran sungai, serta memperbaiki tata ruang agar peristiwa serupa dapat diminimalkan di masa mendatang.


















