banner 728x250
Daerah  

BBMKG Denpasar Imbau Waspada Angin Kencang dan Gelombang 6 Meter di Bali, 5–8 Agustus 2025

banner 120x600
banner 468x60

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat Bali, khususnya nelayan, pelaku pariwisata bahari, dan warga yang tinggal di pesisir, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi angin kencang dan gelombang laut tinggi yang diprediksi akan berlangsung selama empat hari, yakni mulai 5 hingga 8 Agustus 2025.

Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III Denpasar, Wayan Musteana, menjelaskan bahwa kondisi tersebut dipicu oleh aktivitas monsun yang tengah aktif di kawasan regional. Perbedaan tekanan udara antara benua Australia dan Asia menyebabkan aliran angin dari arah selatan ke utara menguat dan menciptakan dampak langsung pada wilayah perairan Bali.

banner 325x300

“Penyebabnya karena ada aktivitas monsun, yaitu saat ini terjadi perbedaan tekanan udara antara benua Australia dan Asia,” jelas Wayan dalam keterangan persnya, Senin (4/8) di Denpasar.

Gelombang Bisa Capai Enam Meter

Berdasarkan hasil analisis BBMKG Denpasar, gelombang laut di perairan selatan Bali diprediksi dapat mencapai ketinggian hingga enam meter, terutama di wilayah Samudera Hindia bagian selatan Bali yang langsung berbatasan dengan arus angin kuat dari arah timur dan tenggara.

Di sisi lain, perairan utara Bali, meskipun relatif lebih tenang, juga mengalami peningkatan kecepatan angin yang berpotensi menimbulkan gelombang sedang hingga tinggi. Pola angin di wilayah ini bergerak dari tenggara hingga selatan dengan kecepatan mencapai 25 knot atau sekitar 46 kilometer per jam.

“Angin timuran cenderung kuat dan kering, sehingga bisa memicu gelombang tinggi serta angin kencang, terutama di wilayah laut selatan,” jelas Wayan.

Ciri Khas Musim Angin Timuran

Fenomena angin kencang yang terjadi saat ini merupakan bagian dari karakteristik musim angin timuran (East Monsoon) yang biasa berlangsung antara Mei hingga September di wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Bali dan Nusa Tenggara.

Pada periode ini, angin bertiup relatif konstan dari arah tenggara hingga timur dan membawa massa udara kering dari Benua Australia. Selain berdampak pada tingginya gelombang laut, musim angin timuran juga menyebabkan udara cenderung lebih kering, sehingga berpengaruh terhadap potensi kebakaran lahan dan rendahnya kelembaban udara.

Wayan menyebut bahwa musim angin timuran kali ini terpantau lebih aktif dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan dinamika iklim global seperti peralihan dari fase El Niño menuju netral yang memengaruhi pola tekanan udara regional.

Imbauan untuk Warga dan Pelaku Wisata

BBMKG Denpasar meminta seluruh masyarakat Bali, terutama mereka yang beraktivitas di laut seperti nelayan, operator wisata bahari, penyeberangan antarpulau, dan pengunjung pantai, untuk meningkatkan kewaspadaan dan memantau informasi cuaca harian dari sumber resmi.

Beberapa wilayah yang perlu mendapat perhatian khusus di antaranya:

  • Perairan Selatan Bali dan Samudera Hindia Selatan Bali: potensi gelombang tinggi hingga 6 meter.

  • Selat Badung dan Selat Lombok bagian selatan: potensi gelombang 2,5–4 meter.

  • Perairan Utara Bali: gelombang 1,25–2,5 meter dengan angin kencang hingga 25 knot.

“Kami imbau para pelaku wisata bahari seperti speed boat, banana boat, hingga wisata snorkeling untuk menunda sementara kegiatan jika kondisi laut memburuk,” ujar Wayan.

Ia juga meminta masyarakat tidak memaksakan perjalanan laut pada saat gelombang tinggi demi keselamatan bersama, serta menghindari aktivitas di sekitar pesisir selama periode peringatan dini berlangsung.

Koordinasi dengan Pemda dan BPBD

Sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana hidrometeorologi, BBMKG Denpasar juga telah mengirimkan informasi peringatan dini ini ke seluruh pemerintah daerah di Bali, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi dan kabupaten/kota.

Koordinasi ini penting untuk mengantisipasi potensi dampak di lapangan, seperti banjir rob di kawasan pesisir rendah, kerusakan perahu nelayan, terganggunya jalur pelayaran, serta potensi kecelakaan laut.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, I Made Sukadana, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiagakan posko dan memperkuat komunikasi dengan aparat desa pesisir guna menyampaikan imbauan kepada masyarakat secara langsung.

“Kami terus memantau update dari BMKG dan siap melakukan evakuasi cepat jika terjadi kondisi darurat di lapangan,” ujar Sukadana.

Ancaman Sekunder: Abrasi dan Banjir Rob

Selain gelombang tinggi dan angin kencang, musim angin timuran juga berpotensi memperparah abrasi di wilayah pantai yang tidak dilindungi secara alami maupun struktural. Pantai dengan garis pantai terbuka seperti Pantai Soka (Tabanan), Pantai Yeh Leh (Jembrana), dan beberapa kawasan di Klungkung dan Karangasem menjadi wilayah yang rawan terdampak.

Warga yang tinggal di pesisir dengan permukiman rendah juga diimbau waspada terhadap kemungkinan banjir rob, terutama saat terjadi pasang maksimum.

“Kami minta warga tidak mendekati bibir pantai saat gelombang tinggi dan hindari berkemah di area yang berdekatan dengan laut terbuka,” pesan Wayan.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *